Pencipta Lirik dan Lagu : L. Manik
“Satu Nusa Satu Bangsa”
Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa kita
Tanah air
Pasti jaya
Untuk Slama-lamanya
Pasti jaya
Untuk Slama-lamanya
Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama
Gemuruh suara lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” terdengar dari koridor Madrasah Ibtidaiyah Istiqlal di pagi yang cerah ini. Umi Rina bertindak sebagai pemandu acara sebelum keberangkatan kami ke Monumen Pancasila Sakti yang bertempat di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Satu Nusa Satu Bangsa menjadi pemersatu kami dalam memacu semangat Nasionalisme yang bertepatan dengan kunjungan tema pada bulan ini yaitu “Hari Pahlawan”. Aqpun merasa tidak sabar untuk segera sampai ke Monumen Pancasila Sakti walaupun bagiqu tempat tersebut tidak terlalu istimewa karena mungkin sering aq lalui, tapi aq percaya pasti nilai-nilai yang didapat akan bermanfaat untuk qu.
Satu
hal yang paling terekam dalam ingatanqu adalah ketika mendengar kata Lubang
Buaya maka yang tergambar adalah “Rumah Penyiksaan” yang dulu ketika aq masih
duduk di kursi Madrasah Ibtidaiyah pernah juga berkunjung bersama dengan
teman-teman. Bagiqu itu menakutkan, mengerikan, dan menyeramkan. Aq belum
mengerti arti dari pengorbanan yang dilakukan oleh Pahlawan Revolusi yang
dengan titik darah penghabisan rela mengorbankan keluarganya, hidupnya, dirinya
untuk Bangsa dan Negara ini.
Hari
ini aq bersama dengan peserta didik MI Istiqlal kelas 1 sampai dengan kelas 6
akan berkunjung ke tempat para Pahlawan Revolusi kita yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dan aq siap untuk mendampingi
mereka, pun belajar memaknai kata Pahlawan itu sendiri dengan semangat
Nasionalisme.
Aq and Ka Rosta sebelum berangkat menuju lokasi
Yess ... satu Bus dengan mereka..
Setelah
menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam dari Masjid Istiqlal Jakarta
Pusat, kami tiba di Monumen Pancasila Sakti pada pukul 09.15 wib dan langsung
menuju Pendopo lalu berjalan menuju Museum
Paseban untuk kemudian mengadakan acara seremonial sebagai sambutan
selamat datang dan pemberian cinderamata dari MI Istiqlal untuk pihak Monumen
Pancasila Sakti. Aq sendiri bertindak sebagai MC pembuka. Kami disambut dengan
ramah oleh pihak Monumen meskipun ada beberapa perubahan yang terkait dengan guide acara yang sudah disepakati
dengan kedua belah pihak namun kami berharap semua akan tetap berjalan dengan
baik.
Perlu
kita ketahui juga bahwa Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen
Pahlawan Revolusi itu diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan Dwi Windu Hari
Kesaktian Pancasila, di dalam ruangan itu terdapat beberapa diorama sebagai
berikut:
- Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
- Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
- Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
- Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
- Pengamanan Lanuma Halim Perdana Kusuma (2 Oktober 1965)
- Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
- Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
- Pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia (12 Maret 1967)
- Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
“Usaha
terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali
dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI
Muso di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G 30 S PKI dalam bulan
September 1965. Selain itu tempat ini juga terdapat Foto ke 7 Pahlawan Revolusi
yang ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya”.
“Dan
adanya Ruang Relik yang merupakan tempat dipamerkannya barang-barang, terutama
pakaian yang mereka kenakan ketika mereka di culik, di siksa sampai akhirnya di
bunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung
sebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat jenazah 7 Pahlawan
Revolusi dari dalam sumur tua”
Selain
itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan
jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan
lain-lain, namun sebelum kami menonton, kami diajak berkeliling dulu ke
tempat-tempat bersejarah lainnya.
Dengan
mengenakan seragam Pramuka lengkap kami bersama-sama menuju ke rumah-rumah
bersejarah dan tugu di mana para Pahlawan Revolusi diabadikan dengan sebuah
patung. Dan kamipun duduk dibawah rindangnya pepohonan sambil mendengarkan
penjelasan dari guide Monumen.
“Monumen
Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto.
Dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun dengan tujuan
mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi. yang berjuang mempertahankan
ideologi negara Republik Indonesia,
Pancasila dari ancaman ideologi komunis”.
“Monumen ini terletak Kelurahan
Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat
markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandara
Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede,
dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah”.
“Sebelum menjadi sebuah museum
sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai
tempat pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S). Di
kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang
digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S. Sumur tua itu berdiameter 75
Cm”.
Foto : di Pos Komando
Wahh,, menarik penjelasannya, itu
baru sekelumit cerita, yukk kita cari tahu lagi bukti-bukti sejarah yang
tertoreh ditempat ini. Kamipun beranjak berdiri dan mulai menyusuri satu
persatu rumah-rumah atau bukti-bukti sejarah yang ada, menarik ketika aq masuk
ke salah satu rumah yang dulu menjadi Pos Komando. Tempat ini adalah
milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tampat ini dipakai
oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu Letkol Untung dalam rangka perencanaan Penculikan
terhadap 7 Pahlawan Revolusi, di dalamnya masih ada barang-barang asli yang
menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti : 3 buah Petromaks, Mesin Jahit,
dan Lemari Kaca. Entah mengapa aq merasakan aura yang berbeda saat memasuki
rumah tersebut walaupun hanya sekedar untuk mengambil gambar. Aq ucapkan Salam
dan Basmallah seraya memohon perlindungan dari Allah dari hal-hal yang tidak
diharapkan, aq hanya ingin mencoba memahami bahwa ini adalah saksi sejarah yang
perlu dikenang meskipun terlihat sedikit mistis. Fuhh..
Berjalan bersama anak-anak itu
sangatt menyenangkan, apalagi satu bus dengan kawan yang seru, kebetulan aq
ditempatkan di Bus 3 bersama Ka Rosta and Miftah. Meskipun dari pihak panitia
inti (Miftah) ada sedikit trouble soal transportasi, tapi kegiatan ini
harus tetap berjalan, aq fikir ini masalah yang harus benar-benar dievaluasi
untuk hari kemudian, apalagi nanti ketika berikutnya aq mendapat tanggungjawab
kegiatan yang lain. Semoga kepanitiaan akan lebih solid dan meminimalisir
segala kekeliruan yang bisa terjadi. So aq mencoba menikmati perjalanan hari
ini dengan segala rasa yang ada, aq percaya pasti akan ada nilai-nilai positif
yang bisa aq ambil sebagai pelajaran hidup.
Tibalah qt di “Rumah Penyiksaan”
yang kala itu sangat aq takuti, pun sekarang aq masih merasakan nuansa yang
sama, tetapi aq berusaha bersikap lebih tegar dihadapan anak-anak didikqu yang
juga sepertinya terlihat meringis ketakutan saat menyaksikan diorama di
dalamnya. Mungkin sekarang aq lebih bisa memaknai isi dari diorama yang
terdapat di dalam Rumah Penyiksaan yang merupakan tempat para Pahlawan
Revolusi disiksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung
komunisme di Indonesia, mereka disiksa sebelum akhirnya dibunuh, ditempat ini
ditampilkan diorama penyiksaan 7 Pahlawan
Revolusi beserta kisah dimulainya Pemberontakan PKI, dahulu tempat ini
merupakan sebuah sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal SD dan dialih
fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam para Pahlawan Revolusi.
Di samping rumah penyiksaan kami
menoleh ke sebelah kanan, di sana terdapat Sumur Maut. “ Sumur Tua ini adalah
tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi:
- Jend. Anumerta Ahmad Yani - Mayjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan -
Letjen. Anumerta M.T. Haryono - Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean -
Letjen. Anumerta Siswandono Parman - Letjen. Anumerta Suprapto - Mayjen.
Anumerta Sutoyo Siswomiharjo”.
Jenazah ke-7 pahlawan itu
ditemukan di sebuah sumur tua yang sekarang dinamai Lubang Buaya , di daerah
Lubang Buaya , dekat lapangan terbang Halim Perdanakusuma, Jakarta. Sedangkan
jenazah Brigjen Katamso Dharmakusumo dan Kol. Sugiyono Mangunwiyoto
ditemukan di Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain itu, gugur pula AIP II
Brimob Karel Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jend. A.H:
Nasution.
Perjalanan kami berlanjut ke “Dapur
Umum”, sang guide lihai sekali dalam memberikan informasi kepada kami. Tempat
ini sebenarnya sebuah rumah yang dialih fungsikan oleh PKI sebagai Dapur Umum, rumah
yang statusnya milik Ibu Amroh ini dipakai sebagai tempat sarana konsumsi
anggota G30S/PKI, oleh karena itu Ibu Amroh yang sehari-harinya berjualan
Pakaian keliling meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan
diperintahkan oleh para anggota PKI untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan
terkunci, tetapi saat kembali ternyata rumahnya sudah dalam keadaan berantakan,
hampir semua benda di rumah tersebut menghilang. Membayangkan itu semua aq
merinding, PKI tanpa hati merampas harta yang bukan miliknya.
Lalu kami menuju ke “Museum
Pengkhianatan PKI yang menceritakan sejarah pemberontakan-pemberontakan PKI
yang bertujuan menggantikan dasar negara Pancasila dengan komunis yang
bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua yang terkenal
dengan nama Gerakan Tiga Puluh September atau G-30-S/PKI, diawal pintu masuk
kita akan disambut dengan beberapa koleksi foto Pemberontakan PKI, Pengangkatan
Jenazah 7 Pahlawan revolusi, dan beberapa diorama yang menceritakan tentang
Pemberontakan PKI di berbagai Daerah di Indonesia”.
Kegiatan akhir kami adalah
menonton film yang bercerita tentang kekejaman PKI terhadap penculikan para
Jenderal, beruntungnya kami karena film ini sudah disensor dari adegan-adegan
yang kejam dan langsung masuk pada point cerita. Tentu suasana di studio
saat film diputarkan terlihat tenang meskipun diawal anak-anak sangat riuh
sempurna. tidak sedikit anak-anak yang merasa ketakutan bahkan ada yang
menangis, namun akhir cerita dapat kami resapi, terbukti ketika film selesai,
anak-anak bertepuk tangan terharu tanpa riuh gemuruh karena perjuangan yang dilakukan oleh para
jenderal. Setelah itu kami diperlihatkan dengan bukti-bukti barang yang dipakai
oleh para Jenderal. Sempurna…!
Aq pun merasa terenyuh, terharu,
geram menyaksikan perlakuan para PKI, aq bersyukur dapat memaknai kembali bahwa
mereka bukan sekedar seorang Pahlawan biasa tapi sangat luar biasa, terkirim
doa untuk mereka para Pahlawan Revolusi yang meninggal karena memperjuangan
Bangsa yang merdeka ini.
Keenam pahlawan revolusi tersebut adalah:
Keenam pahlawan revolusi tersebut adalah:
- Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani
- Mayjen TNI R.Suprapto
- Mayjen TNI MT.Haryono
- Mayjen TNI Siswodo Parman
- Brigjen TNI DI. Panjaitan
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal TNI A.H.
Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan
AH Nasution, Lettu Pierre Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Terimakasih Allah karena telah memberi kekuatan dan jalan kebenaran untuk Bangsa yang besar ini ! Terimakasih Jendral karena telah mengabdikan diri untuk Bangsa yang merdeka ini hingga akhir hayat !
Pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Pahlawan_Revolusi
Wednesday, November 12th 2014