Tes

Kamis, 20 November 2014

Kunjungan tema “Hari Pahlawan” ke Monumen Pancasila Sakti


Pencipta Lirik dan Lagu : L. Manik
“Satu Nusa Satu Bangsa”

Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa kita
Tanah air
Pasti jaya
Untuk Slama-lamanya
Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama

     Gemuruh suara lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” terdengar dari koridor Madrasah Ibtidaiyah Istiqlal di pagi yang cerah ini. Umi Rina bertindak sebagai pemandu acara sebelum keberangkatan kami ke Monumen Pancasila Sakti yang bertempat di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Satu Nusa Satu Bangsa menjadi pemersatu kami dalam memacu semangat Nasionalisme yang bertepatan dengan kunjungan tema pada bulan ini yaitu “Hari Pahlawan”. Aqpun merasa tidak sabar untuk segera sampai ke Monumen Pancasila Sakti walaupun bagiqu tempat tersebut tidak terlalu istimewa karena mungkin sering aq lalui, tapi aq percaya pasti nilai-nilai yang didapat akan bermanfaat untuk qu.

     Satu hal yang paling terekam dalam ingatanqu adalah ketika mendengar kata Lubang Buaya maka yang tergambar adalah “Rumah Penyiksaan” yang dulu ketika aq masih duduk di kursi Madrasah Ibtidaiyah pernah juga berkunjung bersama dengan teman-teman. Bagiqu itu menakutkan, mengerikan, dan menyeramkan. Aq belum mengerti arti dari pengorbanan yang dilakukan oleh Pahlawan Revolusi yang dengan titik darah penghabisan rela mengorbankan keluarganya, hidupnya, dirinya untuk Bangsa dan Negara ini. 

     Hari ini aq bersama dengan peserta didik MI Istiqlal kelas 1 sampai dengan kelas 6 akan berkunjung ke tempat para Pahlawan Revolusi kita yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dan aq siap untuk mendampingi mereka, pun belajar memaknai kata Pahlawan itu sendiri dengan semangat Nasionalisme.

Aq and Ka Rosta sebelum berangkat menuju lokasi
                        
Yess ... satu Bus dengan mereka..


     Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam dari Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, kami tiba di Monumen Pancasila Sakti pada pukul 09.15 wib dan langsung menuju Pendopo lalu berjalan menuju Museum  Paseban untuk kemudian mengadakan acara seremonial sebagai sambutan selamat datang dan pemberian cinderamata dari MI Istiqlal untuk pihak Monumen Pancasila Sakti. Aq sendiri bertindak sebagai MC pembuka. Kami disambut dengan ramah oleh pihak Monumen meskipun ada beberapa perubahan  yang terkait dengan  guide acara yang sudah disepakati dengan kedua belah pihak namun kami berharap semua akan tetap berjalan dengan baik. 

    Perlu kita ketahui juga bahwa Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen     Pahlawan Revolusi itu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan Dwi Windu Hari Kesaktian Pancasila, di dalam ruangan itu terdapat beberapa diorama sebagai berikut:
  • Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
  • Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
  • Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
  • Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
  • Pengamanan Lanuma Halim Perdana Kusuma (2 Oktober 1965)
  • Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
  • Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
  • Pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia (12 Maret 1967)
  • Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
     “Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI Muso di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G 30 S PKI dalam bulan September 1965. Selain itu tempat ini juga terdapat Foto ke 7 Pahlawan Revolusi yang ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya”.

     “Dan adanya Ruang Relik yang merupakan tempat dipamerkannya barang-barang, terutama pakaian yang mereka kenakan ketika mereka di culik, di siksa sampai akhirnya di bunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung sebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua”

     Selain itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan lain-lain, namun sebelum kami menonton, kami diajak berkeliling dulu ke tempat-tempat bersejarah lainnya.

     Dengan mengenakan seragam Pramuka lengkap kami bersama-sama menuju ke rumah-rumah bersejarah dan tugu di mana para Pahlawan Revolusi diabadikan dengan sebuah patung. Dan kamipun duduk dibawah rindangnya pepohonan sambil mendengarkan penjelasan dari guide Monumen. 

     “Monumen Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. Dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun dengan tujuan mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi. yang berjuang mempertahankan ideologi negara  Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis”.

     “Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandara Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah”.

     “Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S). Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S. Sumur tua itu berdiameter 75 Cm”.

Foto : di Pos Komando

    Wahh,, menarik penjelasannya, itu baru sekelumit cerita, yukk kita cari tahu lagi bukti-bukti sejarah yang tertoreh ditempat ini. Kamipun beranjak berdiri dan mulai menyusuri satu persatu rumah-rumah atau bukti-bukti sejarah yang ada, menarik ketika aq masuk ke salah satu rumah yang dulu menjadi Pos Komando. Tempat ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tampat ini dipakai oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu Letkol Untung dalam rangka perencanaan Penculikan terhadap 7 Pahlawan Revolusi, di dalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti : 3 buah Petromaks, Mesin Jahit, dan Lemari Kaca. Entah mengapa aq merasakan aura yang berbeda saat memasuki rumah tersebut walaupun hanya sekedar untuk mengambil gambar. Aq ucapkan Salam dan Basmallah seraya memohon perlindungan dari Allah dari hal-hal yang tidak diharapkan, aq hanya ingin mencoba memahami bahwa ini adalah saksi sejarah yang perlu dikenang meskipun terlihat sedikit mistis. Fuhh..

    Berjalan bersama anak-anak itu sangatt menyenangkan, apalagi satu bus dengan kawan yang seru, kebetulan aq ditempatkan di Bus 3 bersama Ka Rosta and Miftah. Meskipun dari pihak panitia inti (Miftah) ada sedikit trouble soal transportasi, tapi kegiatan ini harus tetap berjalan, aq fikir ini masalah yang harus benar-benar dievaluasi untuk hari kemudian, apalagi nanti ketika berikutnya aq mendapat tanggungjawab kegiatan yang lain. Semoga kepanitiaan akan lebih solid dan meminimalisir segala kekeliruan yang bisa terjadi. So aq mencoba menikmati perjalanan hari ini dengan segala rasa yang ada, aq percaya pasti akan ada nilai-nilai positif yang bisa aq ambil sebagai pelajaran hidup.

     Tibalah qt di “Rumah Penyiksaan” yang kala itu sangat aq takuti, pun sekarang aq masih merasakan nuansa yang sama, tetapi aq berusaha bersikap lebih tegar dihadapan anak-anak didikqu yang juga sepertinya terlihat meringis ketakutan saat menyaksikan diorama di dalamnya. Mungkin sekarang aq lebih bisa memaknai isi dari diorama yang terdapat di dalam Rumah Penyiksaan yang merupakan tempat para Pahlawan Revolusi disiksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung komunisme di Indonesia, mereka disiksa sebelum akhirnya dibunuh, ditempat ini ditampilkan diorama penyiksaan 7  Pahlawan Revolusi beserta kisah dimulainya Pemberontakan PKI, dahulu tempat ini merupakan sebuah sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal SD dan dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam para Pahlawan Revolusi.


      Di samping rumah penyiksaan kami menoleh ke sebelah kanan, di sana terdapat Sumur Maut. “ Sumur Tua ini adalah tempat membuang  7 Pahlawan Revolusi: - Jend. Anumerta Ahmad Yani - Mayjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan - Letjen. Anumerta M.T. Haryono - Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean - Letjen. Anumerta Siswandono Parman - Letjen. Anumerta Suprapto - Mayjen. Anumerta Sutoyo Siswomiharjo”.

     Jenazah ke-7 pahlawan itu ditemukan di sebuah sumur tua yang sekarang dinamai Lubang Buaya , di daerah Lubang Buaya , dekat lapangan terbang Halim Perdanakusuma, Jakarta. Sedangkan jenazah Brigjen Katamso Dharmakusumo dan Kol. Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan di Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain itu, gugur pula AIP II Brimob Karel Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jend. A.H: Nasution.

      Perjalanan kami berlanjut ke “Dapur Umum”, sang guide lihai sekali dalam memberikan informasi kepada kami. Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialih fungsikan oleh PKI sebagai Dapur Umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh ini dipakai sebagai tempat sarana konsumsi anggota G30S/PKI, oleh karena itu Ibu Amroh yang sehari-harinya berjualan Pakaian keliling meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan diperintahkan oleh para anggota PKI untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan terkunci, tetapi saat kembali ternyata rumahnya sudah dalam keadaan berantakan, hampir semua benda di rumah tersebut menghilang. Membayangkan itu semua aq merinding, PKI tanpa hati merampas harta yang bukan miliknya.


   Lalu kami menuju ke “Museum Pengkhianatan PKI yang menceritakan sejarah pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September atau G-30-S/PKI, diawal pintu masuk kita akan disambut dengan beberapa koleksi foto Pemberontakan PKI, Pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan revolusi, dan beberapa diorama yang menceritakan tentang Pemberontakan PKI di berbagai Daerah di Indonesia”.


      Kegiatan akhir kami adalah menonton film yang bercerita tentang kekejaman PKI terhadap penculikan para Jenderal, beruntungnya kami karena film ini sudah disensor dari adegan-adegan yang kejam dan langsung masuk pada point cerita. Tentu suasana di studio saat film diputarkan terlihat tenang meskipun diawal anak-anak sangat riuh sempurna. tidak sedikit anak-anak yang merasa ketakutan bahkan ada yang menangis, namun akhir cerita dapat kami resapi, terbukti ketika film selesai, anak-anak bertepuk tangan terharu tanpa riuh gemuruh  karena perjuangan yang dilakukan oleh para jenderal. Setelah itu kami diperlihatkan dengan bukti-bukti barang yang dipakai oleh para Jenderal. Sempurna…!

    Aq pun merasa terenyuh, terharu, geram menyaksikan perlakuan para PKI, aq bersyukur dapat memaknai kembali bahwa mereka bukan sekedar seorang Pahlawan biasa tapi sangat luar biasa, terkirim doa untuk mereka para Pahlawan Revolusi yang meninggal karena memperjuangan Bangsa yang merdeka ini. 
Keenam pahlawan revolusi tersebut adalah:
  • Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani
  • Mayjen TNI R.Suprapto
  • Mayjen TNI MT.Haryono
  • Mayjen TNI Siswodo Parman
  • Brigjen TNI DI. Panjaitan
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
   Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Terimakasih Allah karena telah memberi kekuatan dan jalan kebenaran untuk Bangsa yang besar ini ! Terimakasih Jendral karena telah mengabdikan diri untuk Bangsa yang merdeka ini hingga akhir hayat !

Pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Pahlawan_Revolusi

Wednesday, November 12th 2014







Tidak ada komentar:

Posting Komentar